Aku ingin kau mengetahui tentang perasaanku,
perasaan yang telah aku kumpulkan untuk menghadapimu. Namun, apa yang aku telah
lakukan itu sia-sia. Terlambat. Sial, sudah lewat waktunya tidak sempat mengutarakan
perasaanku padamu. Aku ingin mengeluarkan semua maksud perasaan melalui lembar
ini.
Saat aku berperasaan, sangat ingin kuungkapkan ini
agar kau mendengarkan dan mengerti ini. Sayangnya, kau tidak akan meladeni akan
tingkah lakuku. “mungkin aku lebay yah?” tapi ini serius benar-benar dari hati
sesungguhnya. Aku nggak main-main ya, bang! Aku anakmu. Hehehe. Candaanku dilewati
dulu ajalah. selamat membaca!
Menghargai, perasaanku yang pertama…
“Selama ini apa yang telah kamu lakukan padaku,
misalnya pernah menyukaiku, pernah mencintaiku, pernah menyayangiku dan
sebagainya disebut -hal terkecil-. Dan Aku malah sangat menghargaimu itu adalah
kamu memperlakukan aku seperti itu.
Sudah bikin aku bernostalgia pada masa lalu. Kadang-kadang
kalau aku kangen kamu, aku pasti selalu memikirkanmu dan ingat saat bersamamu
dan terus menerus. Aku gak tau kenapa yah. Entahlah. Seolah aku masih mempunyai
harapan darimu. Hope, hope, and hope. Bodo amat has! Itu masa laluku tetaplah
berlalu. Dan enggak bisa mengulangi waktu itu. –Andai ada mesin waktu pasti aku
bisa mengulanginya. Hehe- imanjinasi banget lu has. Haha.
Inilah membuatku dihantui pertanyaan “Apa yang
diharapkan olehku, bisakah dicapai? Ya Allah, bantuilah aku melupakannya. Tapi tak
bisa melupakannya satu persatu apalagi kenanganpun. Aku sangat menyesal.
cinta, perasaanku yang kedua…
Sejak, kamu menyembunyikan dirimu dibalik pohon
agar kamu dapat menghindariku. Itu saja selalu yang kamu lakukan. Aku terus
mencarimu disaat aku membutuhkanmu. Aku tidak memaksa diriku untuk terus
mencarimu. Tapi, menunggumu, semacam ujian pengorbananku hanya demi –satu orang
saja-. Menunggu tanda-tanda kedatanganmu. Aku tidak merasa bosan jika
melakukannya. Jika, kau benar-benar datang dan kembali padaku. Aura cintaku
mulai memudar kembali. Tapi tidak sekarang, karena kau sudah didambakan dia. Aku
tak peduli! Aku tetap selalu mencintaimu. Itulah janjiku.
Sayang, perasaan yang ketigaku…
Kau tahu? Aku adalah orang yang menemani
hari-harimu, akulah orang pertama menempatkan posisi di hati kamu. Aku seperti
daun yang baru saja digugur dan kamu angin pergi begitu saja menghalangiku. Apakah
aku salah? Iya benar sangat salah. Aku melakukan apapun demi mendapatkan kamu.
Mungkin yang kamu pikirkan, dialah lebih cantik
daripada aku. Maybe. Jadi, kamu hanya mencintai semata fisik daripada hati. Apakah
kamu benar-benar tidak tulus mencintaiku? Dan kau mencintainya karena
kecantikannya. Iya benar! Itulah yang kamu mau, lakukan saja.
Udah wajar, kecocokan pasangan itu dari tipe
idealnya bukan dari memaksakan hati. Iyakan. Gak harus sama aku. Gapapa kok. Pilihlah
jodoh yang benar-benar baik. Karena gak semua jodoh yang baik. Takutnya juga
keliru. Kita sama-sama sedang belajar dewasa kok.
Tulus, perasaanku yang keempat…
Menurutku, kamu apa adanya! Aku tidak memandang
dari fisik, tapi aku memilih dengan hati terdalam. Aku sangat tulus dan tulus
memilihmu dengan kondisi apapun. Ketika aku sudah merasa nyaman dengan kamu
maka aku sudah mantap memilihmu. Segalanya yang ada dirimu padaku akan
merubahku menjadi lebih baik dari buruk.
Setia, perasaanku yang kelima…
Meski, aku tidak sempurna untuk kamu. Tapi kamu
sempurna bagiku. Apapun kau disisiku, aku kan tetap setia disaat bersamamu. Namun,
kesetiaanku sepertinya kusia-siakan karena kamu tidak menghargai kesetiaanku. Maka
aku tidak dapat melanjutkan kesetiaanku.
Aku terlalu bodoh ya? Karena dulu mengejar kamu
hanya demi cinta. Bukan dari pandangan fisik melainkan aku sangat sayang
padamu. Dapatkah kamu mengerti hanya separuh saja?
Cemburu, perasaanku yang keenam…
Selain itu, aku suka cemburu membakar hatiku
menjadi hangus yang tidak bersisa berakhir sebuah sakit yang terpilu hanya bisa
aku rasakan itu. Mungkin hanya saat aku tak ada lagi di dunia ini, kamu akan
menyelipkan namaku dalam setiap doa terbaikmu. Aku hanya bisa menunggu kau
kembali dalam pelukanmu. Kembalilah padaku. Aku sangat ingin membutuhkanmu. Sudah
terlalu lama aku terbalut dengan luka lama. Aku hanya bisa pasrah. Tolong cepat
pulang. Aku ingin memeluk tubuh hangatmu. Aku ingin memberimu kedamaian. Pulanglah,
dihatiku adalah rumahmu.
Harapan, perasaanku yang ketujuh…
Kau tahu?. Kau sudah memberiku sebuah Harapan seolah satu harapan untukku yang kamu
berikan. Akhirnya kita bersepakat untuk berjanji –bersatu-. Apakah nanti akan
bersatu dengan bahagia? Entahlah. Dengan janji, itulah sebabnya aku terus setia
padamu.
Sakit hati, perasaanku yang kedelapan…
Badaipun berangsur datang diantara aku dan dia.
Darimana kah badai itu muncul? Badai itu menciptakan sebuah masalah. Yap masalah!
Aku putus denganmu hanya karena masalah kecil, yaitu aku diselingkuh. Aku gak
nyangka kamu bakal sepertimu. Jadi selama ini apa yang sudah kamu sembunyikan
dariku. Selama itu, aku tidak menyadarinya. Aku sangat menyesal.
Sebenarnya aku kecewa dan kesal yang lebih
dalam. Kekecewaanya tak lama itu. Kadang tiap aku ingat kamu pasti aku selalu
ingat kenangannya. Kenangan indah dan pahit. Bagaikan tangkai bunga tanpa
mahkota bunga. Hanya aku rasakan itu kesepian
Hmm, selama ini sejak kamu meninggalkanku dan
hanya tinggal sisa-sisa kenangan. Kemanapun aku ingin pergi sendirian, tapi
kenangan itu tetap selalu mengikutiku. Kenangannya tak bisa melepaskan dari
lekatanku. Kenangan itu selalu kamu dan kamu. Tiap hari aku melihatmu bersamanya,
walau tidak dengan mataku sendiri. Tiap pecahan menghasilkan sebuah
serpihan-serpihan kenangan, semuanya aku mencoba menyatukan kembali ketika aku
kangen. Ketika kamu kembali padaku, sudah semestinya serpihan kenangan telah
terkumpul dan sempurna itulah diharapkan olehku.
Akan aku sempurnakan serpihannya menjadi
teka-teki paling sempurna untuk bernostalgia kenangan kita. Ada, kekecewakan
yang tak bisa diungkapkan secara jelas. Tapi aku bisa menunjukannya hanya
melalui air mata. Kamu hebat sekali pernah mewarnai hari-hariku, pernah
membuatku tersenyum terakhir kali. Namun, tipuanmu mendekamku pada akhirnya. Kamulah
membuatku memendam perasaanku. Bagaimana cara aku bisa mencurahkan semua
perasaanku?
Kangen, perasaanku yang kesembilan..
Rindu akan
keramaikanmu waktu itu. Kata-kata mesramu terlontarkan ke bisikan telingaku. Dan
kamu memperindahkan tiap baitku. Aku rindu kamu. Kangen, sayang2an, kangen
jalan-jalan, kangen bercanda, kangen bersamamu. Setiap kangen, selalu saja sasaran itu kamu.
Bagaimana cara aku menjauhimu, setiap langkaku
adalah kearahmu. Kini aku tak lagi mendapatimu yang disana entah kemanapun kau
pergi. Sepertinya aku merasa diusir dari kehidupanmu. Sepertinya benar. Kamu mengusirku
tanpa belas kasihanmu itu. Bukannya aku penggemis cinta. Bukanpun aku
membanggakan kamu. Melainkan aku sangat mebutuhkanmu untuk disampingku. Aku memiliki
banyak kekurangan. Jika kau sanggup. Terimalah aku apa adanya dengan segenap
jiwamu yang kau berikan padaku agar aku dapat merasakan keramaikan yang selama
ini kunanti, tak apalah kau tak menyukaiku maupun tinggalkan aku asalkan tak
lupa kenangan kita. Terima kasih, cinta yang kau berikan padaku!
Komentar
Posting Komentar