“Malam itu yang sunyi namun mencekam
karena hembusan angin yang menusuk tulang-tulangku. Aku kedinginan. Yang aku
rasakan sekarang, kesepian. Yang aku lihat, ribuan bintang-bintang bercahaya
yang tak terhitung jumlahnya, bahkan ribuan. Mungkin saja. Aku takjub
melihatnya sambil hati ini berharap. Bahwa andai saja ada yang serupaku seperti
ini saat melihat bintang-bintang pada malam ini. Aku tersenyum setelah
membayangkan itu J itulah aku sedang
berdoa kepada Allah. Apa yang diinginkan semoga nikmat itu diturunkan kepadaku
di bumi agar aku dapat mensyukuri atas kenikmatan yang diberikan oleh Allah. Tapi
kapan ya? Entahlah J
Tanpa kusadari, tiba-tiba kau
menghampiriku. Tapi anehnya, aku sudah tidak merasakan kedinginan lagi bahkan
lupa apa yang aku pikirkan tadi. Yang aku lihat sekarang dan saat itu adalah
Kau. Kau adalah dimana diantara pohon bercahaya. Semua terang menerangkan, antara
terlalu terang dan gelap menghalangi penglihatanku. Namun, kaulah yang paling
terang bercahaya daripada yang lain. Sepertinya aku salah melihatnya? Sepertinya
aku pernah melihatnya? Apakah Allah mendengar doaku malam itu? Apa aku terlalu
banyak permintaan pada Allah? Inikah disebut takdir? Tapi, kau itu benar-benar
nyata, aku melihatmu. Darimanakah kau ? tiba-tiba cepat sekali muncul di sini? Apakah
salah orang? Aku semakin bingung. Aku terus melihat wajahnya. Semoga saja aku
tidak salah melihatnya. Dan alhasil kau membuat hati ini tersenyum, namun aku
menyembunyikan raut wajahku. Karena aku tidak ingin menunjukkan wajahku. Aku tersipu
malu. Antara bahagia dan kesal. Aku benar-benar kesal hanya karena aku bodoh. Mungkinkah
malam itu sangat berbeda yang aku rasakan tadi. Terima kasih untuk kau yang
menciptakan sebuah kenangan diantara aku dan kamu. Aku tak tahu harus bilang
apa? Cukup berterima kasih saja.” Sekian~
Komentar
Posting Komentar