Sudah pasti semua orang pernah bertemu dengan orang Tuli/tunarungu yang sangat mampu berbicara layaknya orang normal. kok bisa? itu sudah membuat orang Tuli lainnya minder dan menginspirasi para Orang tua yang mengharapkan anaknya yang Tuli mampu berbicara seperti orang tersebut. Dengan cara apa agar anak Tuli/tunarungu mampu berbicara? bagaimana instruksinya? dimana? bayar berapa? intensitas, harus pakai ABD atau tidak? Tahapnya bagaimana? Apakah ada perbedaan antara terapi dan tidak diterapi? Ya, itulah informasi yang sangat dicari oleh para Orang tua. Dulu, tidak ada informasi seperti ini, hanya saja mendapatkan informasinya melalui dari mulut orang ke orang. Jadi, jaman sekarang sudah berkembang barulah ada teknologi yang canggih seperti Internet, berita online bisa, de el el. Nah, itu alasan kenapa saya update di Blog saya yang gratis dapat dibaca siapapun. Bisa dicari di Google pencarian dengan kata kunci apapun..
Saya akan membagikan pengalamannya saat terapi wicara dan Tekniknya hingga saya dapat berbicara. Insya Allah akan saya menjawabnya sebisa.
Sedari umur 2 tahun, saya sudah mulai ikut terapi wicara. Bukannya akan lebih baik dari dini daripada terlambat kan. Itulah tindakan orang tua saya yang menginginkan saya dapat berbicara. dengan atas sarannya dokter THT di Sardjito. Lalu, orang tua saya membawakanku ke Museum Affandi ( tempat berdirinya yayasan tunarungu Yogyakarta). Waktu itu masih baru berintis yayasan di Museum Affandi bermaksud untuk dipinjamkan tempatnya. Setelah, anak-anak bertambah banyak sekarang dipindahkan ke tempat yang telah ditetapkan di Jl. Pandean, Condong Catur, Sleman yang sudah mengubah nama yayasan menjadi Sekolah Khusus tunarungu SLB B Karnnamanohara. Sekolahnya menerapkan metode oral bukan isyarat.
Di SLB, saya belajar terapi wicara selama kira-kira 8 tahun kurang sampai saya pindah ke sekolah formal. kok lama sekali terapinya? ya memang tidak mudah berterapi sampai benar-benar ada hasilnya. Sulit rasanya untuk bisa berbicara dengan lancar, harus pelan-pelan gitu biar jelas.
kalau kalian orang yang bisa mendengar langsung bisa bicara dari umur 1 tahun an itu karena kalian bisa mendengar langsung meniru apa yang diomongin. kalau orang Tuli kan tidak mendengar sama sekali jadi mana mungkin bisa meniru. Jadi, kami itu harus dan benar-benar belajar terlebih dahulu.
Yang telah mengajari saya ada beberapa guru, bu Millah, bu Sri, bu Nining, pak Tantan. Beliau yang sangat bersabar dalam mengajari beberapa anak-anak. Saya tahu, saya sama seperti anak lainnya merasa kesulitan saat belajar. Namun, kami ini punya semangat yang tinggi tidak mengenal keluhan, ya kami ini gak tahu mengeluh itu apa jadi gak pernah mengeluh sih. hehe.
kalau biayanya tergantung sistem kebijakan sekolahnya, kalau di saya dulu sepertinya satu bulan 50 ribu atau 100 ribu. sudah lupa saya. hehe. kalau sekarang pasti sudah naik ya karena sekolahnya bersifat swasta bukan negeri.
next ya saya akan mengulas terapi wicara..
Sebelum belajar terapinya, seperti biasanya di kelas taman bermain jadi kebanyakan bermain dan mengenal benda objek sekitarnya...
Pertama-tama, saya diajarkan huruf abjad terlebih dahulu. secara sih belum jelas dan benar semua.
belajar mengeluarkan suara dan mengerakkan mulut maupun bibir. Memang seharusnya menggunakan properti yang memudahkan dalam belajar seperti tisu, kertas, test sound, dan Cermin itu wajib banget harus ada cermin. di sana hampir semua terpasang cermin. Nah, anak-anak Tuli biasanya belajar dengan metode Face to Face dan metode verbal..
Saat di terapi, duduk berhadap berlawanan itulah face to face agar memudahkan kami belajar dan memahami satu sama lain. Sama seperti posisi saat wawancara. Saat belajar tentu pakai ABD, agar dapat menyesuaikan suara.
guru mulai mengerakkan mulut sambil tangannya menunjuk mulutnya "B-O-L-A". mengikuti huruf yang diucapkan dengan pelan dan jelas agar posisi mulut buka yang lebar agar dapat terlihat seperti L, N, R. lalu, tanganku memegang leher guru agar bisa merasakan suara yang dikeluarkan. Itulah metode Verbal.
Ada banyak huruf vokal atau lainnya yang wajib dipelajari seperti M,N,L,K,G,P,B,C dan banyak lagi itu karena menggunakan teknik sendiri tiap hurufnya. Banyak sekali perbedaan tiap huruf saat diartikulasi. hingga kami terus berulang-ulang terus mengikuti instrukturnya sampai bisa. Ya memang susah rasanya, setidaknya ada guru-guru sangat bersemangat kamipun ikut semangat.
lalu, belajar 2 huruf seperti "ba-ba-ba-ba-ba-ba" sampai 10 kali dengan tisu yang bisa digerakkan saat mulut mengucapkan "Ba"
bo-bo-bo-bo-bo sampai 10 kali
la-la-la-la-la-la seterusnya
tapi tetaplah dengan metode verbal tadi..
hehe
Saya seperti ini sering latihan tidak hanya di Sekolah saja tapi bisa di Rumah lho!
Di rumah, saya jadi suka teriak-teriak bahwa itu aku sedang berbicara sama seperti bayi yang belum bisa bicara suka berteriak. itu awal belajar bicara dan ingin bicara juga.
Bapak saya juga suka mengajariku berbicara, bapak saya punya metode sendiri lho. seperti ini, bapak ingin membeli obat paramek. Bapak mengerakkan mulut "Beli obat paramek" lalu bapak menyuruhku mengulangi apa yang barusan bapak bicara. lalu, saya mengikutinya "Be-li o-bat pa-ra-me-k" sesuai metode verbal
seterusnya seperti ini...
Lalu, saya dan teman-teman juga belajar di luar sekolah, belajar bersama mantan guru SLB di rumahnya.
lalu, saya masih kurang puas dalam latihan bicara. karena ada huruf yang belum aku kuasai. seperti G,K,H,B dan lainnya cara mengucapnya mirip seperti B dan P. nah apa bedanya cara mengartikulasinya? cara mengartikulasi "NG"?
kemudian, saya meminta pakde saya yg jago bahasa inggris. bisa saja, saya belajar darinya. hehe
setiap minggu, saya belajar ke rumah pakde saya. Beliau punya metode sendiri juga, metode verbal sesuai dalam cara pengucapan sesuai bahasa inggris. Nah, ini pakde saya menunjukkan bukunya ada metode disitu. bukunya ada gambar mulut dan rongga dalam. contoh gini..
ini pakde saya menunjukkan posisi lidahnya dalam mengartikulasi huruf.. seterusnya, seperti metode verbal biasanya. Hampir seperti belajar baca IQRO dan Al Quran, guru mengartikulasinya juga. sampai saya mengucapkannya apakah sudah benar atau tidak...
2. Telat mengetahui
Saya akan membagikan pengalamannya saat terapi wicara dan Tekniknya hingga saya dapat berbicara. Insya Allah akan saya menjawabnya sebisa.
Sedari umur 2 tahun, saya sudah mulai ikut terapi wicara. Bukannya akan lebih baik dari dini daripada terlambat kan. Itulah tindakan orang tua saya yang menginginkan saya dapat berbicara. dengan atas sarannya dokter THT di Sardjito. Lalu, orang tua saya membawakanku ke Museum Affandi ( tempat berdirinya yayasan tunarungu Yogyakarta). Waktu itu masih baru berintis yayasan di Museum Affandi bermaksud untuk dipinjamkan tempatnya. Setelah, anak-anak bertambah banyak sekarang dipindahkan ke tempat yang telah ditetapkan di Jl. Pandean, Condong Catur, Sleman yang sudah mengubah nama yayasan menjadi Sekolah Khusus tunarungu SLB B Karnnamanohara. Sekolahnya menerapkan metode oral bukan isyarat.
Di SLB, saya belajar terapi wicara selama kira-kira 8 tahun kurang sampai saya pindah ke sekolah formal. kok lama sekali terapinya? ya memang tidak mudah berterapi sampai benar-benar ada hasilnya. Sulit rasanya untuk bisa berbicara dengan lancar, harus pelan-pelan gitu biar jelas.
kalau kalian orang yang bisa mendengar langsung bisa bicara dari umur 1 tahun an itu karena kalian bisa mendengar langsung meniru apa yang diomongin. kalau orang Tuli kan tidak mendengar sama sekali jadi mana mungkin bisa meniru. Jadi, kami itu harus dan benar-benar belajar terlebih dahulu.
Yang telah mengajari saya ada beberapa guru, bu Millah, bu Sri, bu Nining, pak Tantan. Beliau yang sangat bersabar dalam mengajari beberapa anak-anak. Saya tahu, saya sama seperti anak lainnya merasa kesulitan saat belajar. Namun, kami ini punya semangat yang tinggi tidak mengenal keluhan, ya kami ini gak tahu mengeluh itu apa jadi gak pernah mengeluh sih. hehe.
kalau biayanya tergantung sistem kebijakan sekolahnya, kalau di saya dulu sepertinya satu bulan 50 ribu atau 100 ribu. sudah lupa saya. hehe. kalau sekarang pasti sudah naik ya karena sekolahnya bersifat swasta bukan negeri.
next ya saya akan mengulas terapi wicara..
Sebelum belajar terapinya, seperti biasanya di kelas taman bermain jadi kebanyakan bermain dan mengenal benda objek sekitarnya...
Pertama-tama, saya diajarkan huruf abjad terlebih dahulu. secara sih belum jelas dan benar semua.
belajar mengeluarkan suara dan mengerakkan mulut maupun bibir. Memang seharusnya menggunakan properti yang memudahkan dalam belajar seperti tisu, kertas, test sound, dan Cermin itu wajib banget harus ada cermin. di sana hampir semua terpasang cermin. Nah, anak-anak Tuli biasanya belajar dengan metode Face to Face dan metode verbal..
Saat di terapi, duduk berhadap berlawanan itulah face to face agar memudahkan kami belajar dan memahami satu sama lain. Sama seperti posisi saat wawancara. Saat belajar tentu pakai ABD, agar dapat menyesuaikan suara.
guru mulai mengerakkan mulut sambil tangannya menunjuk mulutnya "B-O-L-A". mengikuti huruf yang diucapkan dengan pelan dan jelas agar posisi mulut buka yang lebar agar dapat terlihat seperti L, N, R. lalu, tanganku memegang leher guru agar bisa merasakan suara yang dikeluarkan. Itulah metode Verbal.
Ada banyak huruf vokal atau lainnya yang wajib dipelajari seperti M,N,L,K,G,P,B,C dan banyak lagi itu karena menggunakan teknik sendiri tiap hurufnya. Banyak sekali perbedaan tiap huruf saat diartikulasi. hingga kami terus berulang-ulang terus mengikuti instrukturnya sampai bisa. Ya memang susah rasanya, setidaknya ada guru-guru sangat bersemangat kamipun ikut semangat.
lalu, belajar 2 huruf seperti "ba-ba-ba-ba-ba-ba" sampai 10 kali dengan tisu yang bisa digerakkan saat mulut mengucapkan "Ba"
bo-bo-bo-bo-bo sampai 10 kali
la-la-la-la-la-la seterusnya
tapi tetaplah dengan metode verbal tadi..
hehe
Saya seperti ini sering latihan tidak hanya di Sekolah saja tapi bisa di Rumah lho!
Di rumah, saya jadi suka teriak-teriak bahwa itu aku sedang berbicara sama seperti bayi yang belum bisa bicara suka berteriak. itu awal belajar bicara dan ingin bicara juga.
Bapak saya juga suka mengajariku berbicara, bapak saya punya metode sendiri lho. seperti ini, bapak ingin membeli obat paramek. Bapak mengerakkan mulut "Beli obat paramek" lalu bapak menyuruhku mengulangi apa yang barusan bapak bicara. lalu, saya mengikutinya "Be-li o-bat pa-ra-me-k" sesuai metode verbal
seterusnya seperti ini...
Lalu, saya dan teman-teman juga belajar di luar sekolah, belajar bersama mantan guru SLB di rumahnya.
lalu, saya masih kurang puas dalam latihan bicara. karena ada huruf yang belum aku kuasai. seperti G,K,H,B dan lainnya cara mengucapnya mirip seperti B dan P. nah apa bedanya cara mengartikulasinya? cara mengartikulasi "NG"?
kemudian, saya meminta pakde saya yg jago bahasa inggris. bisa saja, saya belajar darinya. hehe
setiap minggu, saya belajar ke rumah pakde saya. Beliau punya metode sendiri juga, metode verbal sesuai dalam cara pengucapan sesuai bahasa inggris. Nah, ini pakde saya menunjukkan bukunya ada metode disitu. bukunya ada gambar mulut dan rongga dalam. contoh gini..
mengartikulasi huruf |
seperti ini
"ulang.. ulang.. terus... nah itu benar.." itu seterusnya saat mendengarkanku mengartikulasi.
ya rasanya capek sama seperti olah raga mulut terus. mau gimana lagi, sampai harus bisa bicara agar dapat berinteraksi dengan orang umumnya di sekitar. Setelah sudah hampir bisa semua huruf, lalu saya latihan bicara sendiri dengan membaca tulisan. Selain itu, mencoba berinteraksi dengan orang sekitar dan keluarga.
"Eh, kok Hastu sudah bisa bicara?"
ya bingung saya jawab gimana, ya rasanya bersyukur sudah berjuang dari awal.
Setelah ini, ada tantangan terberat, "membaca gerakan bibir orang". BERAT banget menangkapnya gimana. Cara kami ya harus fokus ke bibirnya, tapi harus pelan-pelan agar mudah dipahami. karena berbicara itu mengeluarkan suara, nah itu sudah langsung bisa didengar dan cepat ditangkap.
kalau buat orang tidak bisa dengar apa-apa, bisa jadi telat tangkap sehingga tidak memahami apa yang sedang dibicarakan. rasanya sedih sih. pengen tahu tapi malah dapetnya tidak tahu apa-apa.
jadi, gini harusnya face to face untuk dikhususkan fokus ke bibir saja.
Dampaknya apa saja? banyak sekaliii
selain bisa berinteraksi, namun ada sisi negatif.
1. Dua kata yang sama cara pengucapannya
1. Dua kata yang sama cara pengucapannya
di saat ada orang berbicara "Sabun", kami mengira "Sapu". itu karena cara mengucapnya hampir samaaaa banget. Sehingga, kami harus menggerakan tangan atau menunjukkan objeknya maupun mengekspresikan "cara orang makan" dan atau objek seperti apa. Jadi kami harus mengandalkan mata untuk melihat visual yang ada gambaran.
2. Telat mengetahui
ketidak tahuan apa-apa membuat kami terlambat mendapatkan kosa kata baru, sehingga kami harus banyak dikasih tahu atau bertanya kepada siapapun. Kalau saya sendiri banyak membaca tulisan agar mendapatkan kosa kata baru. Ya saya sering dengar teman-teman saya masih banyak yang belum kenal kata baru. itulah membuat saya terdorong untuk tidak ketinggalan apapun.
Nah, ini tadi saya sudah jelaskan tentang Terapi Wicara seperti apa, ada bermacam-macam cara berterapi wicara dengan cara metode sendiri. Namun, perlu diingatkan dan penting. Orang tua juga disertakan karena sebagai orang tua punya peran sendiri yang dapat membuat anak sukses dalam apapun. Kesuksesan anak bisa berbicara tidak hanya guru tetapi orang tua kami...
pertanyaan terakhir, kenapa kebanyakan orang Tuli bertuna wicara atau tidak dapat berbicara. Itu karena kurang atau belum mulai berterapi wicara. Jadi, biasanya orang tua yang mulai bertindak duluan dengan cara mereka sendiri. Memasukkan anaknya ke terapi atau dididik sendiri.
Biasanya setiap di SLB punya sistem pendidikan sendiri. Ada yang SLB menerapkan metode verbal/oral dan ada yang metode bahasa isyarat. Kalau memilih sekolah SLB yang menerapkan bahasa Isyarat hanya karena gratis namun juga otomatis anak itu tumbuh besar jadi tunawicara jika tidak diterapi dan hanya mengandalkan bahasa isyarat saja. Jika, tidak mampu menyekolahkan, usahakan menjadi orang tua adalah nomor satu pendidikan bagi anak...
Oiya, bahasa isyarat itu juga wajib dipelajari karena pelajaran kedua setelah verbal/oral.
Penulis : Hastu Wijayasri
Biasanya setiap di SLB punya sistem pendidikan sendiri. Ada yang SLB menerapkan metode verbal/oral dan ada yang metode bahasa isyarat. Kalau memilih sekolah SLB yang menerapkan bahasa Isyarat hanya karena gratis namun juga otomatis anak itu tumbuh besar jadi tunawicara jika tidak diterapi dan hanya mengandalkan bahasa isyarat saja. Jika, tidak mampu menyekolahkan, usahakan menjadi orang tua adalah nomor satu pendidikan bagi anak...
Oiya, bahasa isyarat itu juga wajib dipelajari karena pelajaran kedua setelah verbal/oral.
Penulis : Hastu Wijayasri
Komentar
Posting Komentar